
Penerapan VR dalam Seni – Virtual reality atau yang biasa disingkat dengan VR, menjadi salah satu dari sekian banyak teknologi yang mendapatkan “berkah” dari adanya pandemi Covid-19. Situasi pandemi Covid-19 yang mengharuskan kita untuk lebih banyak melakukan aktivitas di rumah menjadikan permintaan akan teknologi ini terus meningkat. Permintaan akan teknologi ini sendiri banyak dikuasai oleh bidang pendidikan.
Baca Juga: 3 Poin Penting Perbedaan Virtual Reality dengan Augmented Reality
Bukan hanya hadir sebagai solusi untuk proses Pembelajaran Jarak Jauh yang telah berlangsung selama 2 tahun belakangan, virtual reality juga hadir membuka cakrawala pendidikan kita ke arah immersive learning.
Ya, virtual reality memang memberikan kita pengalaman baru yang lebih menyenangkan. Universitas-universitas ternama yang di Indonesia sendiri juga sudah menggunakan virtual reality untuk proses immersive learning mereka. Salah satu contohnya adalah Universitas Gadjah Mada yang mengembangkan aplikasi bathing patient VR.
Lebih luas lagi, meningkatnya permintaan akan teknologi ini juga terjadi pada bidang hiburan, seperti game dan juga seni. Permintaan teknologi ini di bidang game untuk Sobat Arunews mungkin bukanlah hal yang asing dan terbilang wajar.
Bahkan sebelum adanya pandemi sekalipun, teknologi VR memang lebih dikenal sebagai media game interaktif. Tapi, bagaimana dengan seni?. Nyatanya permintaan teknologi virtual reality untuk bidang seni tidak kalah dengan bidang lain, seperti game dan juga pendidikan.
Contoh Penerapan VR dalam Bidang Seni
Ada banyak contoh penerapan VR dalam bidang seni. Di sini Min Aru akan menjelaskan kepada Sobat Arunws 5 contoh. 5 contoh tersebut adalah;
1. Konser Virtual
Yang pertama adalah penerapan virtual reality dalam bidang seni musik. Ada banyak contoh yang bisa kita ambil jika berbicara penerapan teknologi ini di bidang musik. Namun, yang menurut Min Aru paling menyita perhatian adalah bagaimana konser musik yang identik dengan suasana di luar gedung/dalam panggung dilakukan menggunakan konsep metaverse.
Ide gila inilah yang sukses mengantarkan Justin Bieber sebagai penyanyi pertama di dunia yang menggelar konser musik metaverse. Bersama dengan Wave, penggemar dapat memiliki kesempatan untuk tampil bersama dengan avatar Justin Bieber di atas panggung secara real time. Konsep yang diusung oleh Wave ini mengadaptasi konsep teknologi gaming, real time motion capture, dan juga live musical performance.
2. Galeri Virtual Festival Kebudayaan Yogyakarta 2020

Kedua, adalah penerapan museum tour virtual pada pergelaran Festival Kebudayaan Yogyakarta 2020. Pameran Seni Rupa “Akar Hening di Tengah Bising” menjadi bagian dari festival tersebut yang dijalankan secara virtual.
Pameran ini sendiri berlangsung terbatas dan secara virtual menghadirkan 33 seniman hebat berbagai ragam. Pengunjung dapat menikmati hasil-hasil karya yang ada memanfaatkan kamera 360 derajat melalui website flymulanira.com.
Sayangnya, entah karena hanya dibuat khusus untuk acara tersebut, website flymulanira.com sudah tidak bisa diakses lagi.
3. Seni Tembang Dolanan, ARTDA 1.0
Berikutnya ada ARTDA 1.0. ARTDA sendiri adalah kependekkan dari Augmented Reality Tembang Dolanan Anak. Berbasis aplikasi, ARTDA 1.0 dapat dikategorikan sebagai immersive learning khusus untuk mengajarkan anak-anak untuk belajar tembang dolanan.
Tembang dolanan sendiri adalah lagu yang sering dinyanyikan oleh anak-anak saat sedang bermain. Ide ARTDA ini berasal dari kolaborasi antara Arutala dengan Laboratorium Sariswara.
4. Gamelan Virtual

Selanjutnya ada gamelan virtual. Gamelan adalah alat musik ansambel tradisional Jawa, Sunda, dan juga Bali. Memiliki tangga nada pentatonis dengan sistem tangga nada slendro dan pelog. Musik gamelan sendiri biasa ditemukan pada acara-acara Jawa, maupun pada hari-hari besar.
Konsep perdesaan memang lekat dengan musik ini. Tetapi, tidak banyak yang mengira bahwa bahwa musik ini dapat bersinergi baik dengan teknologi kekinian. Melalui Arutala, musik gamelan di Yogyakarta Gamelan Festival 26 terasa lebih modern.
Arutala sukses lakukan kolaborasi gamelan robot dengan Saron Groove dan Youngster Gamelan16 Yogyakarta.
5. Virtual Reality Grafiti
Yang terakhir adalah virtual reality untuk seni grafiti. Grafiti adalah kegiatan seni rupa menggunakan komposisi warna, garis, bentuk dan volume untuk tuliskan kalimat tertentu di dinding. Biasanya alat yang digunakan untuk membuat karya seni grafiti adalah cat PILOX.
Seni ini sendiri termasuk ke dalam seni yang berbahaya, terutama bagi senimannya. Karena tidak mudah untuk menemukan dinding kosong yang bisa dicoret-coret. Kebanyakan seniman grafiti adalah seniman jalanan yang memanfaatkan media dinding kosong yang sebenarnya tidak boleh sembarang dicoret.
Susahnya penerapan seni inilah yang kemudian mengilhami lahirnya Kingspray Graffiti. Silahkan lihat video di atas untuk detail aplikasi virtual reality ini.