Gedung Opera Berbasis Virtual – Virtual reality adalah salah satu dari sekian banyak teknologi masa kini yang perkembangannya selalu dinanti-nanti. Antusias besar terhadap perkembangan virtual reality juga dapat dilihat dari banyaknya perusahaan-perusahaan teknologi dunia yang ikut “bermain” di ranah virtual.
Mulai dari Meta Platform.inc dengan proyek Metaverse, Microsoft dengan proyek AltspaceVR-nya, hingga Apple dengan pengembangan headset VR reality pro. Meskipun dikabarkan mengalami kemunduran tren akibat pasar dari Virtual Reality yang terlalu eksklusif, nyatanya itu tak menyurutkan pengembang VR di manapun untuk terus berkarya.
Bahkan perusahaan virtual reality, lebih tepatnya extended reality (XR) Varjo, baru-baru ini mengembangkan gedung opera berbasis virtual pertama di dunia. Perusahaan extended reality asal Finlandia ini telah bermitra dengan FNOB (Finnish National Opera and Ballet) untuk kolaborasi proyek.
Gedung Opera Berbasis Virtual Pertama di Dunia

Sebelum lanjut membahas tentang gedung opera ini, ada baiknya Sobat Arunews mengetahui terlebih dahulu apa itu XR. XR adalah istilah umum yang digunakan untuk mencakup semua teknologi imersif.
Jadi, dapat dikatakan bahwa XR adalah gabungan dari himpunan teknologi AR, VR, dan juga MR. XR akan membantu Sobat Arunews untuk mendapatkan sudut pandang interaksi bisnis baru yang lebih interaktif dan juga inovatif.
Lanjut membahas gedung opera, teknologi yang digunakan oleh Varjo adalah XR Stage. Teknologi ini dibangun menggunakan Unreal Engine. Bagi Sobat Arunews menyukai dunia game, pastinya tidak asing lagi dengan istilah unreal engine. Ya, unreal engine adalah aplikasi pengembangan game yang diciptakan oleh Epic Games.
Baca Juga: Rekomendasi Game PSVR Terbaik 2023!
Selain menggunakan unreal engine, Varjo juga mengembangkan proyek gedung opera ini menggunakan set virtual dari Zoan studio. Dalam prosesnya, pihak dari Varjo mengatakan bahwa VR memberikan mereka banyak keuntungan terutama dalam hal efektivitas perencanaan produksi.
Keuntungan yang Didapatkan

Waktu rapat antar tim produksi menjadi efisien, serta biaya yang diperlukan lebih hemat. Pihak dari Varjo mengatakan bahwa 20% dari biaya tenaga kerja dapat dialihkan ke teknologi VR. Bahkan 1.500 jam waktu produksi dapat dipotong berkat kehadiran VR dan dengan itu Varjo dapat menghemat biaya hingga €75.000.
Jika dirupiahkan maka €75.000 sama dengan 1.2 miliar lebih. Wow bukan?.
Setelah 20 tahun memodelkan lampu, tim teknis kami menyadari bahwa kami membutuhkan solusi yang lebih efisien untuk memberikan hasil kualitas yang lebih cepat dan lebih baik kepada tim artistik kami. Artis kami hanya terbuka untuk menggunakan alat virtual jika modelnya fotorealistik dan itu adalah pengalaman pengguna yang intuitif, ”kata Timo Tuovila, direktur produksi dan teknis FNOB, dalam rilis resmi. “Teknologi VR/XR Varjo memungkinkan hal itu. Kami telah mampu menciptakan kembaran digital dari panggung kami yang benar-benar nyata, sesuai dengan ekspektasi tim artistik dan teknis kami yang ambisius.”
Varjo
Didapatkan dari keterangan Varjo, proyek Gedung Opera Berbasis Virtual ini telah sukses membawakan seni Turandot karya Giacomo Puccini.
Turandot sendiri mengisahkan tentang seorang pangeran yang jatuh cinta dengan putri Turandot yang terkenal dingin. Pertunjukkan ini sendiri sudah berlangsung sejak 27 Januari lalu dan akan berakhir hingga 4 Maret 2023 nanti.
FNOB memang sudah tidak asing dengan pengembangan teknologi imersif. Mereka bahkan sudah menggunakan XR untuk visualisasi set opera mereka sejak tahun 2020 lalu. Mereka juga dikabarkan akan terus melakukan kerjasama dengan Varjo hingga saat perilisan headset XR-3 Varjo.
Dapatkan informasi keren tentang teknologi metaverse di LinkedIn Sobat Arunews dengan follow @arutalaid. Untuk Instagram, Sobat Arunews bisa follow @arutalaid.